Thursday, 6 November 2014

Fisika itu (tidak) Sulit – Physics is not hard

Mungkin ini menjadi kajian start Yonatan yang cukup berat dimana materi yang akan kukaji adalah tentang pelajaran fisika baik tentang yang ada di sekolah maupun di perkuliahan. Let's check it out.




Judul tulisan saya kali ini judulnya "Fisika itu (tidak) Sulit"  Yap, mungkin itu anggapan kebanyakan para pelajar, tidak hanya para siswa SD, SMP, SMA bahkan mahasiswa pun teman-teman saya mengganggap bahwa fisika itu sulit. Menurut survei, banyak siswa yang jika ditanya mengenai pelajaran yang mereka tidak suka, tanpa berpikir panjang menjawab “Fisika”. Itulah Fisika dimata para siswa sekarang. Bahkan, Kevin pemenang Olimpiade Sains Internasional 2008 mengatakan bahwa “fisika itu sulit”. Mungkin sulit disini dalam banyak arti dan pandangan.

Sebagai mahasiswa fisika Unpad saya pun mengakui pelajaran Fisika bisa dibilang paling killer dan sulit diantara pelajaran2 Eksakta lainnya ya gak. Saya ambil dari hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik SPMB-Lover (Badan yang mengurusi statistik tes perguruan tinggi) terhadap 34 jumlah responden member SPMB-Lover yang mengikuti polling terhitung tanggal Januari 2007 sampai 6 Maret 2007, hampir 70,59% responden itu menyatakan mata pelajaran Fisika merupakan mata pelajaran yang paling sulit untuk dipahami. Alasan mengapa fisika menjadi mata pelajaran yang sulit pun beragam, salah satunya adalah Fisika adalah pelajaran yang mengunakan banyak sekali rumus turunannya, sehingga materi ini sulit dipahami oleh sebagian besar Siswa SMA yang akan menghadapi UN ataupun Tes Perguruan Tinggi.

Ada yang beranggapan bahwa fisika itu tidak penting. Ada anggapan juga yang mengatakan bahwa fisika itu misteri, bagi yang bisa mengerjakannya akan merasa bangga, senang, dan lega. Tapi bagi yang tidak bisa menyelesaikannya akan merasa sedih, pusing, stress, dan ada yang mengganjal di otaknya. Termasuk saya sendiri yg memiliki sifat melankolis.

Ada pula yang menganggap bahwa fisika itu menyenangkan. Tidak mudah, tetapi menyenangkan. Meskipun fisika dipenuhi oleh rumus-rumus dan teori yang memusingkan, jujur dari saya sendiri pun demikian. Kesenangan ini didapat pada saat seseorang dapat menjawab pertanyaan fisika, ia akan merasa bangga dan akan merasa lebih bangga apa bila tingkat kesulitan soal tersebut sangat tinggi. Atau kesenangan ini diperoleh dengan kekaguman fenomena-fenomena yang terjadi di alam maupun teknologi yang dinikmati manusia dalam membantu pekerjaan manusia ini yang hanya dapat dijelaskan oleh fisika.

Anggapan-anggapan yang negatif ini sangatlah berdasar, bahkan guru-guru fisika yang saya pernah membaca dan mendengar pun membenarkan hampir semua anggapan ini. Dengan tertanamnya anggapan ini pada siswa indonesia membuat fisika semakin tidak diminati untuk dipelajari. Hal ini sangat ironi jika dilihat dari sisi teknologi, karena dasar dari suatu teknologi adalah fisika. Bagaimana teknologi indonesia dapat maju sedangkan para siswa tidak menyukai dasar dari teknologi itu sendiri bukan.

Tugas dari para pendidik fisika dan masyarakat yang berkecimpung dalam fisika untuk mengubah paradigma ini. Mengubah bahwa fisika itu mudah dan penting untuk di pelajari. Bahwa fisika itu sangat berkaitan dengan teknologi yang kita gunakan sehari-hari. Namun hal itu tidak akan semudah yang dibayangkan, dikarenakan anggapan yang negatif soal fisika sudah “mengakar”, sudah tertanam kuat pada para siswa di Indonesia sehingga sulit untuk mengubahnya.

Peningkatan mutu pendidikan fisika sangatlah penting jika dibandingkan dengan kegunaan fisika itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Dengan meningkatnya mutu pendidikan fisika maka “image” buruk soal fisika akan hilang dengan sendirinya. Mungkin hal yang dilakukan pertama kali untuk meningkatkan mutu pendidikan fisika adalah menanamkan filosofi tentang fisika. Dimana filosofi ini berisi tentang kegunaan fisika dalam kehidupan sehari-hari. Lalu setelah tertanamnya filosofi ini, hal yang dilakukan selanjutnya adalah teknik mengajar. Kebanyakan guru mengajar langsung pada inti rumusnya, tidak melalui tahap-tahap seperti kegunaan rumus ini, sebagai  contoh tahap penggunaan rumus pada kehidupan sehari-hari. Jadi guru-guru yang mengajar fisika lebih cenderung mengajarkan muridnya agar dapat mengerjakan soal-soal fisika, tidak mendalami apa inti soal tersebut. Hal ini pun terjadi di dalam dunia perkuliagan, dimana saya sebagai mahasiswa fisika pun juga mengalaminya. Mahasiswa kebanyakan hanya memperhatikan setiap rumus-rumus yang diberikan oleh dosen tanpa mengerti untuk apa penggunaan rumus yang sudah dilakukan penurunan misalnya.

Pada tingkat universitas ini, fisika dipandang sebelah mata. Selalu dibanding-bandingkan dengan jurusan teknik, kedokteran, dan yang lainya. Fisika pada tingkat universitas dianggap tidak prospektif setelah lulus dan mendapat gelar sarjana fisika, namun pada kenyataannya fisika digunakan sebagai dasar mata kuliah jurusan-jurusan yang ada di teknik apalagi di dalam kedokteran juga.  Sangat mengherankan, seharusnya fisika menjadi sesuatu yang segani namun sangat disayang hal ini sangat berbeda dengan kenyataannya. Padahal negara ini dikagumi karena banyak mencetak juara-juara olimpiade fisika, yang hampir tiap tahun selalu mendapat juara untuk mengharumkan nama bangsa. Namun pada kenyataannya jurusan fisika bisa masuk ke dalam semua ranah. Misal di ekonomi, Bank lebih menerima anak eksak terutama fisika pada bagian yang memerlukan analisis yang tinggi ketimbang anak ekonomi sendiri, atau fisika juga bisa masuk ke bagian pertanian, tentunya dalam dunia pertanian memerlukan alat optimalisasi yang menggunakan mesin yang merupakan aplikasi fisika, dan bahkan perusahaan tambang dan perminyakan juga terdapat banyak anak fisika disana. Kembali lagi setiap profesi yang membutuhkan analisis yang tinggi, lulusan jurusan fisika.

Kebanyakan para mahasiswa yang mengambil jurusan fisika, bila ditanya kenapa mengambil jurusan fisika maka mereka akan menjawab tersesat, coba-coba, peluang masuk besar karena kurang peminatnya, dan berbagai alasan yang lain. Lalu fisika juga sering dijadikan batu loncatan mahasiswa untuk pindah ke jurusan yang lain. Mereka merasa tidak mampu untuk mengikuti kuliah atau mereka berpendapat lulus dari jurusan fisika sangat lama, hal ini sangat berdasar jika dilihat dari kakak angkatan yang sebagian besar belum lulus. Walaupun ada beberapa orang yang lulus dengan cepat dan mendapat gelar dengan nilai terbaik.

Apa yang salah dari fisika kenapa sebagian orang membenci fisika, kenapa pula fisika menjadi ”momok” bagi beberapa siswa-siswi di indonesia. Ada pula anggapan bahwa kita adalah korban pemikiran orang jaman dulu, andai saja dahulu tidak ada para fisikawan yang menciptakan rumus-rumus yang kita gunakan sekarang maka tidak ada yang mengenal dan tidak suka dengan fisika.

Mungkin anggapan-anggapan itu harus diubah dan diperbaiki demi kemajuan suatu bangsa, di luar negeri orang-orang yang masuk jurusan fisika akan di hormati bahkan akan dibiayai oleh pemerintah jika mereka ingin melakukan observasi atau penelitian-penelitian soal fisika. Hal ini sangat berbanding terbalik jika kita liat di indonesia badan-badan seperti LIPI, BATAN dan BPPT tidaklah berfungsi dengan sebagai mana seharusnya. Sehingga badan-badan ini menjadi kurang berperan dalam membangun bangsa melalui ilmu sains khususnya fisika. Fokus dan pemerintah saat lebih condong untuk mensejahterakan rakyat melalui program-program pembangunan lapangan kerja. Hal ini baik hanya saja tanpa pendidikan yang memadai , pembangunan lapangan kerja hanya akan mendapatkan sumber daya manusia yang kurang kompetitif ketimbang negara lain.

Kembali lagi ke judul tulisan ini, fisika itu tidak lah sulit jika… Nah jika kita mengetahui bagaimana cara untuk memahaminya bukan malah menghafalnya. Suatu stigma di masyarakat yang keliru apabila rumus dalam fisika itu harus dihafal. Saya belajar di dalam fisika universitas bahwa kita harus paham rumus secara fisisnya ketimbang mengetahui secara matematis. Dengan begitu kita akan lebih mudah memahami tujuan penggunaan rumus yang ada sehingga secara tidak langsung akan memudahkan kita untuk menghafalnya pula. Adapula di dalam meilhat perumusan dan penurunannya kita harus melihat sedikit demi sediki yaitu persamaan awal atau persamaan akhirny, dengan cara ini niscaya kita tidak akan pusing dalam membaca perumusan, karena banyak juga pengakuan siswa yang tidak ingin mengerjakan soal dengan suatu rumus di fisika karena meilhat perumusannya yang panjang.

Setelah membaca permasalahan dan beberapa solusi yang ditawarkan diharapkan. Kita tentunya semakin lebih peduli kepada fisika, dan menghapuskan stigma fisika itu sulit menjadi fisika itu mudah dengan syarat tahu cara mempelajarinya serta para pendidik dan pemangku pemerintahan mengubah cara mempelajari serta “memperlakukan” fisika di dalam ranah kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah. Supaya peneliti atau ilmuwan ini lebih diperhatikan lagi dan bagaimana mereka tidak hanya digaji pemerintah untuk menghasilkan sesuatu untuk pemerintah tetapi berdampak baik juga untuk masyarakat. (Yonatan Purba -Mahasiswa  Fisika Unpad)

No comments:

Post a Comment